Tiga orang pemuda berjalan bersama sambil bercanda tawa ria dalam keadaan mabuk, sebagaimana orang-orang yang sedang bahagia hatinya, maka mereka pun berbahagia karenanya. Konon pemuda-pemuda tersebut terkenal berandal di kalangan penduduk di lingkungan mereka tinggal. Tindakan mereka sungguh meresahkan masyarakat di sekitar. Bejat, brengsek, bajingan, adalah kata-kata yang biasa mereka sandang.
Dan ketika itulah, sebuah ide tergila beredar di antara mereka bertiga. Salah satu diantara mereka mengusulkan sebuah sayembara, hanya untuk mereka bertiga. Hadiahnya adalah "sebuah pengakuan". Pengakuan "Akulah Yang Terjahat", dan yang lain membenarkan. Ya, ide tergila yang pernah ada, yaitu perlombaan untuk mendapatkan kepastian "siapa yang terjahat" diantara mereka. Kesepakatan pun terjadi diantara mereka. Dan mereka bertekad secara penuh untuk mendapat pengakuan tersebut.
Tak lama kemudian, tak disangka lewatlah seorang muslimah yang menutupi seluruh auratnya. Dari penampilannya, wanita tersebut sungguh terlihat bahwa ia benar-benar menjaga kehormatan dirinya. Dari jarak yang tidak terlalu jauh tersebut, para pemuda itu memandang ke arah yang sama, ke arah muslimah tersebut. Mungkin pikiran mereka sama : "Inilah sasaran pertama....Inilah korban pertama di Sayembara."
Maka salah satu diantara tiga pemuda tersebut masih dalam keadaan mabuk berjalan cepat mendekati muslimah itu. Sungguh tak terduga, dengan segera pemuda tersebut memukulkan botol minuman kerasnya di kepala wanita tersebut. Seketika itu, wanita itu terjatuh, namun masih dalam keadaan sadar dan menjerit kesakitan. Darah segar mengucur deras dari kepalanya yang terluka akibat benturan dan pecahan kaca dari botol minuman keras tadi. Belum puas si pemuda, ia menarik paksa cadar yang dikenakan wanita tersebut hingga terlihatlah apa yang sebelumnya tak terlihat.
Si pemuda semakin membabibuta, pukulan demi pukulan bertubi-tubi ditujukan kepada wajah dan tubuh muslimah yang malang tersebut. Darah dan lebam menghiasi wajah ayu sang muslimah. Dan muslimah itupun pingsan. Lagi-lagi pemuda ini belum merasa cukup dengan apa yang diperbuatnya. Nafsu yang telah dikendalikan oleh bisikan syaithon kembali berbicara. Diperkosalah wanita tersebut. Baru puaslah ia, dan dengan penuh percaya diri ia menghampiri kedua temannya yang sejak tadi hanya diam menyaksikannya beraksi. Tak disadari wanita itu sadar dari pingsannya dan nyaris saja mati karena perlakuan yang diterimanya. Belum lagi, kehormatan dan kemuliaannya yang tercabik-cabik oleh kebrengsekkan hawa nafsu si pemuda.
“Lihatlah kawan, akulah yang terjahat diantara kalian. Lihat saja wanita itu….dia telah kuhajar habis-habisan dan telah kuperkosa pula. Apa lagi yang menghalangiku untuk mendapat pengakuan dari kalian, bahwa akulah yang terjahat?” Dengan bangga pemuda itu berkata kepada kedua temannya.
“Bagaimana mungkin engkau dengan begitu mudahnya mendapat pengakuan dari kami? Padahal kami berdua belum melakukan apapun?”
Pemuda kedua pun segera mendekati wanita yang setengah sadar itu. Dan tendangan pun dilancarkan ke arah wanita itu, pukulan, hantaman, tandukkan, dan segala bentuk kezholiman fisik dirasakan oleh wanita itu dari pemuda yang kedua, dan wanita itu kembali pingsan. Sebagaimana yang dilakukan oleh pemuda pertama, pemuda yang kedua juga ikut memperkosa wanita itu, kemudian dihajar lagi, diperkosa lagi, dihajar lagi, dan diperkosa lagi. Lebih biadab dari pemuda yang pertama. Bagaimana tidak, tubuh yang sudah hampir mati itu masih saja disakiti. Ternyata belum cukup puas……
Pemuda kedua mengeluarkan sebilah pisau dari balik bajunya. Dan ditusuklah wanita muslimah itu berkali-kali, dan diperkosa lagi. Sungguh biadab dan jauh lebih bangsat daripada pemuda yang pertama. Dengan penuh kebanggan pada dirinya, pemuda kedua mengahmpiri kedua temannya yang sejak tadi hanya menyaksikannya beraksi.
“Lihatlah kawan, kalian telah menyaksikannya bukan. Tidak perlu diragukan lagi, bahwa akulah yang terjahat diantara kalian.”
“Benar, engkau yang terjahat kawanku.Tidak kuragukan lagi.” Sahut pemuda yang petama. “Bagaimana denganmu?” Pemuda kedua ingin mengetahui tanggapan pemuda ketiga yang sejak awal hingga akhir hanya terdiam.
“Jangan bangga dulu teman-teman. Tahukah kalian justru akulah yang terjahat diantara kalian berdua, bahkan di seluruh dunia.” Dengan senyum yang menyeringai pemuda ketiga itu berkata dengan santainya. Maka kedua temannya pun terheran-heran.
“Tahukah kalian, siapa wanita yang kalian perlakukan dengan sangat jahat itu?
Tahukah kalian siapa wanita yang telah kalian hajar tanpa ampun itu?
Tahukah kalian siapa wanita yang telah kalian perkosa itu?
Tahukah kalian siapa wanita yang telah kalian bunuh itu?
Tahukah kalian?” Pemuda ketiga berhenti sejenak.
“Dia adalah adik perempuanku. Dia adalah saudara kandungku.” Maka kedua temannya pun terkejut dengan teramat sangat. Bagaimana bisa?
“Bagaimana tidak aku bukan yang terjahat, sedangkan aku hanya diam dan santai melihat adik perempuanku kalian perlakukan dengan sangat biadab ? Bagaimana tidak aku bukan yang terjahat, sedangkan aku hanya diam dan santai melihat adik perempuanku kalian hajar tanpa ampun di hadapanku ? Bagaimana tidak aku bukan yang terjahat, sedangkan aku hanya diam dan santai melihat adik perempuanku kalian perkosa, kalian renggut kehormatannya di hadapanku ? Bagaimana tidak aku bukan yang terjahat, sedangkan aku hanya diam dan santai melihat adik perempuanku kalian Bunuh di hadapanku? Dan Aku Hanya Diam. AKU DIAM MAKA AKULAH YANG TERJAHAT..Hahahaha..”
Maka terlihat dengan jelas ketakutan pada raut wajah kedua pemuda yang lain. “Benar, engkaulah yang terjahat temanku.”
***
Subhanallah, mari kita bercermin dari kisah diatas tentang diri kita sendiri.
Dan ketika itulah, sebuah ide tergila beredar di antara mereka bertiga. Salah satu diantara mereka mengusulkan sebuah sayembara, hanya untuk mereka bertiga. Hadiahnya adalah "sebuah pengakuan". Pengakuan "Akulah Yang Terjahat", dan yang lain membenarkan. Ya, ide tergila yang pernah ada, yaitu perlombaan untuk mendapatkan kepastian "siapa yang terjahat" diantara mereka. Kesepakatan pun terjadi diantara mereka. Dan mereka bertekad secara penuh untuk mendapat pengakuan tersebut.
Tak lama kemudian, tak disangka lewatlah seorang muslimah yang menutupi seluruh auratnya. Dari penampilannya, wanita tersebut sungguh terlihat bahwa ia benar-benar menjaga kehormatan dirinya. Dari jarak yang tidak terlalu jauh tersebut, para pemuda itu memandang ke arah yang sama, ke arah muslimah tersebut. Mungkin pikiran mereka sama : "Inilah sasaran pertama....Inilah korban pertama di Sayembara."
Maka salah satu diantara tiga pemuda tersebut masih dalam keadaan mabuk berjalan cepat mendekati muslimah itu. Sungguh tak terduga, dengan segera pemuda tersebut memukulkan botol minuman kerasnya di kepala wanita tersebut. Seketika itu, wanita itu terjatuh, namun masih dalam keadaan sadar dan menjerit kesakitan. Darah segar mengucur deras dari kepalanya yang terluka akibat benturan dan pecahan kaca dari botol minuman keras tadi. Belum puas si pemuda, ia menarik paksa cadar yang dikenakan wanita tersebut hingga terlihatlah apa yang sebelumnya tak terlihat.
Si pemuda semakin membabibuta, pukulan demi pukulan bertubi-tubi ditujukan kepada wajah dan tubuh muslimah yang malang tersebut. Darah dan lebam menghiasi wajah ayu sang muslimah. Dan muslimah itupun pingsan. Lagi-lagi pemuda ini belum merasa cukup dengan apa yang diperbuatnya. Nafsu yang telah dikendalikan oleh bisikan syaithon kembali berbicara. Diperkosalah wanita tersebut. Baru puaslah ia, dan dengan penuh percaya diri ia menghampiri kedua temannya yang sejak tadi hanya diam menyaksikannya beraksi. Tak disadari wanita itu sadar dari pingsannya dan nyaris saja mati karena perlakuan yang diterimanya. Belum lagi, kehormatan dan kemuliaannya yang tercabik-cabik oleh kebrengsekkan hawa nafsu si pemuda.
“Lihatlah kawan, akulah yang terjahat diantara kalian. Lihat saja wanita itu….dia telah kuhajar habis-habisan dan telah kuperkosa pula. Apa lagi yang menghalangiku untuk mendapat pengakuan dari kalian, bahwa akulah yang terjahat?” Dengan bangga pemuda itu berkata kepada kedua temannya.
“Bagaimana mungkin engkau dengan begitu mudahnya mendapat pengakuan dari kami? Padahal kami berdua belum melakukan apapun?”
Pemuda kedua pun segera mendekati wanita yang setengah sadar itu. Dan tendangan pun dilancarkan ke arah wanita itu, pukulan, hantaman, tandukkan, dan segala bentuk kezholiman fisik dirasakan oleh wanita itu dari pemuda yang kedua, dan wanita itu kembali pingsan. Sebagaimana yang dilakukan oleh pemuda pertama, pemuda yang kedua juga ikut memperkosa wanita itu, kemudian dihajar lagi, diperkosa lagi, dihajar lagi, dan diperkosa lagi. Lebih biadab dari pemuda yang pertama. Bagaimana tidak, tubuh yang sudah hampir mati itu masih saja disakiti. Ternyata belum cukup puas……
Pemuda kedua mengeluarkan sebilah pisau dari balik bajunya. Dan ditusuklah wanita muslimah itu berkali-kali, dan diperkosa lagi. Sungguh biadab dan jauh lebih bangsat daripada pemuda yang pertama. Dengan penuh kebanggan pada dirinya, pemuda kedua mengahmpiri kedua temannya yang sejak tadi hanya menyaksikannya beraksi.
“Lihatlah kawan, kalian telah menyaksikannya bukan. Tidak perlu diragukan lagi, bahwa akulah yang terjahat diantara kalian.”
“Benar, engkau yang terjahat kawanku.Tidak kuragukan lagi.” Sahut pemuda yang petama. “Bagaimana denganmu?” Pemuda kedua ingin mengetahui tanggapan pemuda ketiga yang sejak awal hingga akhir hanya terdiam.
“Jangan bangga dulu teman-teman. Tahukah kalian justru akulah yang terjahat diantara kalian berdua, bahkan di seluruh dunia.” Dengan senyum yang menyeringai pemuda ketiga itu berkata dengan santainya. Maka kedua temannya pun terheran-heran.
“Tahukah kalian, siapa wanita yang kalian perlakukan dengan sangat jahat itu?
Tahukah kalian siapa wanita yang telah kalian hajar tanpa ampun itu?
Tahukah kalian siapa wanita yang telah kalian perkosa itu?
Tahukah kalian siapa wanita yang telah kalian bunuh itu?
Tahukah kalian?” Pemuda ketiga berhenti sejenak.
“Dia adalah adik perempuanku. Dia adalah saudara kandungku.” Maka kedua temannya pun terkejut dengan teramat sangat. Bagaimana bisa?
“Bagaimana tidak aku bukan yang terjahat, sedangkan aku hanya diam dan santai melihat adik perempuanku kalian perlakukan dengan sangat biadab ? Bagaimana tidak aku bukan yang terjahat, sedangkan aku hanya diam dan santai melihat adik perempuanku kalian hajar tanpa ampun di hadapanku ? Bagaimana tidak aku bukan yang terjahat, sedangkan aku hanya diam dan santai melihat adik perempuanku kalian perkosa, kalian renggut kehormatannya di hadapanku ? Bagaimana tidak aku bukan yang terjahat, sedangkan aku hanya diam dan santai melihat adik perempuanku kalian Bunuh di hadapanku? Dan Aku Hanya Diam. AKU DIAM MAKA AKULAH YANG TERJAHAT..Hahahaha..”
Maka terlihat dengan jelas ketakutan pada raut wajah kedua pemuda yang lain. “Benar, engkaulah yang terjahat temanku.”
***
Subhanallah, mari kita bercermin dari kisah diatas tentang diri kita sendiri.
0 comments:
Post a Comment
komentar