Followers

Silahkan masuk khan email anda

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

SEBUAH PENELITIAN TENTANG EMOSI,KEMARAHAN DAN RASA BENCI

 
Marah memang menimbulkan situasi serba salah. Kalau kita melampiaskan begitu saja, beberapa jenis penyakit menunggu kita. Sebaliknya, bila kita memendamnya penyakit lain bakal menghadang. Tapi jangan khawatir, ada cara jitu untuk mengelolanya secara sehat.

Setiap orang pasti pernah mengalami marah, kendati cuma sekali sepanjang hidupnya. Entah diungkap kan atau cuma dipendam dalam hati. Kalaupun kemarahan dikeluarkan, caranya tidak sama antara satu orang dengan yang lainnya. Seseorang bisa marah secara meledak-ledak atau meluap-luap, yang lain cukup dengan pasang muka "ditekuk" atau melakukan aksi tutup mulut. Dalam hal ini, kaum wanita biasanya menangis sebagai pengungkapan kemarahan yang tak tertahan.

Banyak hal yang bisa membuat kita marah. Namun, umumnya kita marah bila hak-hak atau nilai-nilai yang kita junjung diinjak-injak orang lain, harga diri kita dijatuhkan, atau jengkel bercampur kecewa terhadap keadaan yang dihadapi. Marah bisa pula disebabkan oleh ketidakadilan, kekurangbebasan,rasa iri hati, atau perasaan tidak aman.

Dalam "bergaul" dengan marah kita acap kali berada dalam keadaan terjepit. Maju kena, mundur pun kena. Pengekangan kuat terhadap keinginan untuk "meledak" mengakibatkan depresi serta mengurangi motivasi dan kreativitas. Sebaliknya, kalau amarah dan kemarahan tidak dikelola secara benar, korbannya adalah hubungan kita dengan orang lain sebagai pribadi maupun mitra kerja. Siksaan dalam rumah tangga, amuk massa, kekerasan di tempat kerja, perceraian, dan kecanduan (obat terlarang)
hanyalah sedikit contoh dari apa yang bakal terjadi ketika kita salah dalam mengelola amarah. Yang lebih mengerikan, pengelolaan amarah yang salah ternyata menjadi salah satu biang keladi lahirnya beberapa penyakit.

Begitu pun, marah juga mengandung manfaat. Hasil penelitian Institute for Mental Health Initiatives mengungkapkan bahwa marah bisa berarti sehat. Bahkan, lebih sehat ketimbang memendam perasaan jengkel. Kuncinya, pengelolaan secara sehat.

Mengundang penyakit

Kendati marah tergolong manusiawi dan tidak selalu negatif, lembaga tadi menganjurkan untuk marah tidak secara sembarangan. Kunci untuk marah yang sehat adalah pengendalian, tepat waktu, dan dengan porsi tidak berlebihan. Tanpa itu semua, marah justru menjadi bumerang.

Suatu penelitian belum lama ini mengungkapkan, orang yang marahnya tak terkendali berpeluang menderita stroke dua kali lebih besar ketimbang mereka yang menunjukkan kemarahannya secara kalem .Keseringan menahan amarah pun tidak dianjurkan, karena justru berisiko terserang hipertensi.

Marah yang lepas kendali juga mendorong orang bersangkutan melakukan tindakan fisik dan batiniah.Tindakan batiniah yang dimaksud adalah menghilangkan atau mengganggu ketenangan orang yang menyebabkan kita marah, apalagi kalau orang itu sampai mengeluarkan kata-kata menyakitkan.Bahkan, marah bisa membunuh diri kita sendiri, terutama kalau kita mengidap penyakit jantung atau berisiko terserang penyakit jantung. Proses bunuh diri yang tidak disadari ini bisa berlangsung cepat, bisa pula lambat, tergantung ketahanan fisik dan mental yang bersangkutan.

Penelitian lain menunjukkan, emosi tak terkendali atau tak tersalurkan juga akan merusak fungsi organ, mudah terserang penyakit, dan menderita ketegangan otot atau kekacauan metabolisme. Selain  itu, bisa menghentikan proses pencernaan, meningkatkan denyut jantung, dan menjadikan napas terengah-engah.

Di dalam darah orang marah terkandung banyak hormon adrenalin. Hormon yang diproduksi oleh kelenjar  adrenal ini akan dilepaskan ke dalam darah ketika ada rangsangan emosi. Akibat berikutnya, denyut jantung bertambah cepat dan tekanan darah meninggi. Kalau keadaan ini sering terjadi, hipertensi, serangan jantung, dan penyakit lain akan mudah datang.

Dr. Ernest H., seorang pakar dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Michigan, Amerika Serikat, menyatakan, seseorang yang mudah marah, yang selalu mengungkapkan kemarahannya dengan meledak-ledak,  banyak yang menderita penyakit hipertensi.

Suatu studi yang dilakukan oleh sebuah tim di Boston, AS, juga telah membuktikannya. Dalam penelitian itu , para pakar melibatkan 1.305 orang pria berusia 40 – 90 tahun. Mereka, di antaranya pemarah yang bisa mengendalikan kemarahannya, dicatat kesehatannya sejak 1986.

Di awal penelitian tak satu pun menderita penyakit jantung. Bagaimana di akhir penelitian? Ternyata  20 orang mengalami gangguan jantung fatal, 30 orang mengalami gangguan jantung biasa, dan 60 orang  terkena gejala nyeri dada. Sebuah bukti yang menunjukkan adanya korelasi antara marah dan risiko  terkena serangan jantung dan nyeri dada, meskipun marahnya masih terkendali.

Yang lebih konkret lagi, hasil penelitian yang dipimpin Dr. Ichiro Kawachi itu juga menunjukkan pria yang skor marahnya 5 – 14 berisiko tiga kali lipat terkena penyakit jantung dibandingkan dengan pria dengan skor 0 atau 1. Pria yang marahnya meledak-ledak risikonya lebih tinggi lagi. Bagaimana dengan kaum hawa?

Menurut Prof. Sandra P. Thomas, dosen ilmu keperawatan dari Universitas Tennesse di Norkfils, AS, dan penulis buku Women and Anger, marah akan menjadi masalah bagi wanita bila sering muncul dengan intensitas tinggi, artinya marah banget, dan terlalu lama, meski tak dijelaskan secara persis seberapa lamakah yang disebutnya "terlalu lama" itu. Namun, mengekspresikan marah dengan meluap-luap, meledak-ledak, atau memendam saja hasilnya sama saja, bagi kesehatan, sama-sama tidak baiknya.

Mengelola dengan cara sehat

Kalau pandangan mata kita alihkan ke sosok yang disebut marah tadi, sebenarnya marah banyak macam-nya. Mark Gorkin, seorang konsultan pencegahan stres dan kekerasan untuk US Postal Service, layanan pos di AS, dalam situs stressdoc.com membagi marah dalam empat macam. Ada marah dengan maksud tertentu (purposeful), spontan, konstruktif, dan destruktif.

Dikatakan purposeful ketika ekspresi marahnya disengaja, dengan kadar pertimbangan atau perhitungan yang cukup; juga dengan kadar pengendalian diri yang berarti. Dikatakan spontan, ketika ekspresi marah dilakukan secara tiba-tiba dengan sedikit pemikiran atau perencanaan; dengan kadar pengendalian diri yang sedikit moderat. Dikatakan konstruktif ketika ekspresi marah tegas serta menyatakan
integritas dan batas privasi seseorang tanpa secara objektif bermaksud untuk mengancam atau melanggar integritas dan batas pribadi orang lain. Dan dikatakan destruktif ketika ekspresi marah ditumpah kan tanpa rasa bersalah dan secara kokoh mempertahankan identitas dan batas privasi seseorang dengan
maksud untuk mengancam atau melanggar integritas dan batas pribadi orang lain.

Namun, problem sebenarnya bukan pada amarahnya. Sebab bukankah itu manusiawi? Masalahnya, terletak pada kesalahkelolaan marah itu sendiri. Karena itu, kita perlu mengelola marah itu secara sehat dan hati-hati.

Dalam situs angermgmt.com disebutkan ada empat langkah nyata untuk mengelola amarah. Pertama, mengidentifikasi kesalahan sikap dan pendirian yang mempengaruhi kita untuk marah secara berkelebihan. Begitu kesalahan ini diperbaiki, kita bakal lebih mudah mengendalikan marah.

Langkah kedua adalah mengidentifikasi faktor-faktor dari masa kecil kita yang menghambat kemampuan kita mengekspresikan amarah. Faktor-faktor ini termasuk ketakutan, penolakan, ketidaktahuan, dan seterusnya.

Langkah ketiga adalah mempelajari cara tepat untuk mengekspresikan kemarahan sehingga kita tetap dapat menguasai situasi yang menimbulkan kemarahan itu, bahkan secara lebih efektif. Rasa cemas dan depresi, sering kali merupakan dampak dari kemarahan yang ditekan. Masalahnya adalah kalau kita menekan kemarahan itu begitu dalamnya sampai-sampai kita sendiri tidak tahu! Lalu yang kita rasakan hanya "sampah"-nya, yaitu kecemasan atau depresi. Lebih repot lagi, ketika kita mengalami
depresi, kita juga sangat sering marah pada diri kita sendiri tanpa menyadarinya.

Langkah keempat, menutup luka-luka yang mungkin tertinggal oleh pengaruh emosional dari kemarahan yang menghancurkan. "Luka amarah" yang tinggal dalam diri kita itu adalah terhadap mereka yang telah berbuat salah terhadap kita. Jika kita tidak menuntaskan langkah terakhir ini, rasa kesal dan jengkel karena merasa telah diperlakukan tidak adil akan melekat terus. Sampah amarah dan kemarahan kita itu pun bakal terbawa terus, sampai akhirnya membusuk dalam hati kita selamanya.

Selain keempat langkah tersebut, Charlotte Sanborn, Ph.D., dari Dartmouth College, juga menyodorkan empat langkah pendekatan dalam menangani amarah, seperti dikutip dari situs fsap.harvard.edu/managinganger.html.Keempat pendekatan tersebut adalah

1.Terimalah. Bila di masa mendatang kita merasa marah, terima saja. Jangan mengingkari perasaan marah atau mencoba untuk menutupinya.

2.Galilah. Dapatkan sumber emosinya. Jika sumbernya adalah sesuatu yang dikatakan orang kepada kita, tanya pada diri kita sendiri mengapa kata-kata itu membuat kita marah. Jika sumbernya sesuatu yang dilakukan atau tidak dilakukan orang, cari alasan mengapa kita sampai marah?

3.Ekspresikan. Jika kita yakin pengekspresian kemarahan kita itu bakal meledak-ledak sehingga mungkin menimbulkan rasa permusuhan, pertama-tama tenangkan diri dulu. Ambil napas dalam-dalam, tahan selama sepuluh detik, dan keluarkan. Atau, berjalan-jalanlah sejenak. Ketika kita merasakan bahwa kita sudah dapat mendiskusikan masalah yang mengganjal tanpa meledakkannya, lakukan.

4.Lupakan. Langkah terakhir ini mungkin paling susah. Namun juga paling penting. Begitu kita sudah menyampaikan perasaan kita kepada orang yang membuat kita marah, lupakan masalah itu. Berubah atau tidak sikap dia, tak jadi soal. Yang penting kita telah mengekspresikan kemarahan
secara sehat.

Menggunakan empat langkah di atas dapat membantu kita untuk mengelola sebuah amarah yang ada dalam diri kita
sumber ( alfarizy,yahoo answer ) 





23 comments:

cantigi said...

sama2.. ^_^

isti said...

jangan marah2 ntar cepat tua..!

nara said...

untung pas komen nda marah nie :D

sabar..sabar..sabar...heheheh

kucrit said...

wah.. ternyata marah merugikan kesehatan ya.. hihihi.. salam kenal sobat..

Susy Ella said...

ella coba koment..test ...test

Susy Ella said...

horee...ella bisa koment..setelah sekian lamaaaaa...hohoh...

fuuuh finally ^_^

Unknown said...

yang penting kita bisa mengendalikannya di jamin aluslah

Anonymous said...

aluslah yang penting banyak bersabar aja

angga chen said...

isti = bisa aja ...wakakak

angga chen said...

cantigi = sama sama juga deh ! thanks ya

angga chen said...

nara = aku tuh orangnya paling nggak bisa marah...tapi slalu bisa tersenyum aja....wakakak ! thank ya

angga chen said...

iya kucrit....salam kenal juga ! thanks ya

Ade said...

klo saya marah suka ga keluar euy.. jadinya malah diem n dipendam *lama2 jadi jerawat hehehe*

angga chen said...

sekian lama aku merindukan koment mu susi ella...wakakak..! bisa aja mbak ella nih...thanks ya

angga chen said...

iya benar herman...intinya pengendalian diri...wakakak ! thanks ya

Ariyanti said...

kadang bisa mengendalikan amarah, namun kadang kelepasan juga... Hiks... jadi mau marah... hehhehe... kidding :P

angga chen said...

marah kok kelepasan...wakakak...thanks ya arieyanti...!

angga chen said...

baru tahu kalo sering marah tumbuh jerawat...wakakak ! thanks ya mbak ade

Kuliah Gratis said...

Sekarang sepertinya comment formnya dah normal nih

kemarin2 aku mau hubungin tapi bingung gak ada YMnya disni

angga chen said...

iya...kemarin kolom komentarnya bermasalah...tapi thanks ya atas batuan-nya...! sukses broo..

A. Hermana said...

assalamualaikum,
mengelola marah kadang sulit juga yah, pinginnya ditumpahkan segala kekesalan yang ada di dalam hati..
wassalam

angga chen said...

neng rara orang sabar khan di sayang tuhan..sabar aja daripada marah marah melulu...wakakak ! thanks ya

wi3nd said...

huufffffffff ambiL nafas.. :)

makasi tipnya ya an99a :)
usefull ban9ed,

makasi da sin99ah :)

Post a Comment

komentar

fan's of arh global radio 88.4 fm